HOME

Sunday, April 10, 2011

Bara Api Tampak di Puncak Merapi

Aloysius Budi Kurniawan | Aloysius Gonsaga Angi Ebo | Minggu, 10 April 2011 | 19:28 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Awan panas atau wedhus gembel keluar dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (10/11/2010). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meningkatkan perluasan radius bahaya menjadi 20 kilometer dari puncak Merapi seiring meningkatnya aktivitas gunung tersebut.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Dalam dua hari terakhir, Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas. Bahkan, bara api magma Gunung Merapi sempat terpantau kamera pemantau CCTV pada 25 Maret 2011. Ini menunjukkan, proses erupsi Merapi tahun 2010 belum sepenuhnya berhenti.
Pengamat Gunung Merapi Posko Kaliurang, Triyono, mengatakan, sinar bara api di puncak Merapi tertangkap kamera CCTV di Deles, Klaten, Jumat (25/3/11) lalu mulai pukul 19.40 hingga Sabtu (26/3/11) dini hari.
"Melalui monitor di Posko Kaliurang yang tersambung dengan kamera CCTV di Deles, kami bisa menyaksikan adanya bara api di puncak Merapi, yang setelah letusan 2010 tak terlihat, namun tampak kembali," ucapnya, Minggu (10/4/11) di Yogyakarta.
Selang beberapa hari kemudian, aktivitas Merapi meningkat tajam. Pada hari Kamis (7/4/2011) hanya terjadi satu kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa vulkanik dangkal, sembilan kali gempa multifase, 10 kali guguran material, serta satu kali gempa tektonik. Namun, mulai Jumat (8/4/2011) gempa vulkanik dangkal meningkat menjadi 8 kali, gempa multifase melonjak hingga 122 kali, guguran material 5 kali, dan gempa tektonik 2 kali.
Pada Sabtu (9/4/2011) juga masih terlihat ada peningkatan. Antara pukul 00.00 dan 06.00 saja terjadi 8 kali gempa vulkanik dangkal, 22 kali gempa multifase, 4 kali guguran material, dan 1 kali gempa tektonik, kata Triyono.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo mengatakan, munculnya bara api di puncak Merapi menunjukkan proses erupsi Merapi 2010 belum sepenuhnya berhenti. Bara api yang muncul terjadi karena pergerakan magma ke atas untuk membentuk kubah lava.
"Fase akhir erupsi biasanya ditandai dengan pertumbuhan kubah lava. Namun, hingga saat ini kami belum akan menurunkan status selama kondisi Merapi masih fluktuatif," ujarnya.
Menurut Subandriyo, selain karena aktivitas Merapi yang belum stabil, lahar dingin Merapi juga masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Penurunan status Merapi dari waspada menjadi aktif normal dikhawatirkan justru akan menurunkan tingkat kewaspadaan masyarakat.



No comments:

Post a Comment